Blog Archives
Cara Hijau Mengatasi Hama Dapur
Usia Enam (Cerita Anda di Majalah Parenting)
Angka enam dalam usia seseorang tidak sepopuler angka tiga belas tanda memasuki usia remaja atau angka tujuh belas tanda memasuki usia dewasa, serta tak mudah diingat seperti sepuluh, dua puluh lima dan lima puluh yang menjadi penanda pada ulang tahun pernikahan. Pada anak – anak, tonggak usia yang populer adalah satu, tiga, lima atau tujuh tahun, dan bukan enam tahun. Siapa menyangka ketika kemudian angka enam menjadi istimewa bagi saya dan Cinta. Pada angka enam di usia Cinta terjadi banyak hal dan peristiwa yang menuliskan titik-titik sejarah perjalanan hidupnya. Saya beberapa kali terkaget karena banyak tonggak tumbuh kembang yang semula saya kira akan terjadi beberapa tahun lagi justru terjadi tahun ini. Bagaimanapun kami harus siap, dan senangnya…ternyata momen-momen berharga itu begitu menyenangkan meskipun awalnya cukup sulit.
Tahun lalu, kelahiran sang adik terjadi saat Cinta berusia 5 tahun, adalah jarak yang ideal menurut saya. Cinta terlihat cukup dewasa untuk memahami kehadiran sang adik dengan segala konsekuensinya. Cinta tidak merasa cemburu, bahkan sangat perhatian dan protektif pada adiknya. Hmmm..kakak yang baik, begitu saya selalu menyebutnya.
Namun kesibukan saya dengan bayi baru agaknya menyita perhatian cukup banyak, sehingga saya melewatkan momen dimana Cinta mulai meninggalkan usia balitanya. Yang ada sekarang saya begitu terkagum-kagum dengan kemandirian Cinta. Dia sudah bisa mandi, memakai baju, makan, atau menyiapkan perlengkapan sekolah sendiri. Dan wow….saya tidak tau kapan itu mulai terjadi, Cinta sudah bisa membersihkan diri saat pipis dan buang air besar. Sifatnya yang lembut begitu telaten menjaga adik dan mengajaknya bermain, terutama saat saya perlu ke kamar mandi. Dan ketika saya tidur kelelahan, dengan sabar Cinta menunggu saya bangun sebelum minta dibuatkan susu atau makan malam. Jadi, walaupun saya melewatkan momen “selamat tinggal usia balita”, saya mendapatkan gantinya dengan menyaksikan titik tonggak kemandirian Cinta pada usia 6 tahun.
Tahun ini juga menjadi tahun perpisahan Cinta dengan daycare, tempat dia dititipkan sejak usianya masih 3 bulan. Sesuai peraturan daycare bahwa anak yang dititipkan maksimal berusia 6 tahun. Perpisahan juga terjadi antara Cinta dengan taman kanak-kanaknya (kebetulan satu lingkungan dengan daycare) dan tahun ajaran mendatang sudah saatnya masuk SD. Saya sudah menduga Cinta akan mengalami perasaan sedih atas perpisahannya tersebut. Dan yang paling memberatkan adalah perpisahan dengan Bu Ita, gurunya sejak bayi. Bu Ita sudah menjadi mama kedua bagi Cinta.
Pada acara perpisahan, Cinta dan teman-teman kelasnya tampil ke panggung untuk penerimaan ijazah. Tak terbendung air mata Cinta tumpah saat guru kelas menyalaminya. Cinta merangkul erat seakan tak mau lepas. Hadirin terbawa suasana haru. Si bibi dan si mbak, para asisten daycare tersebut ikut berkaca-kaca. Saya yang semula mondar-mandir memotret akhirnya juga ikut menangis. Sementara itu, teman-temannya hanya tercenung memandang. Oh, sayangku…kamu begitu perasa bagai orang dewasa. Kamu baru berusia 6 tahun dan sudah sangat mengerti arti perpisahan ini.
Dibalik panggung tangisnya masih berlanjut, dan sayapun menyusul membesarkan hatinya. Saya memahami Cinta begitu sensitif perasaannya. Cinta mengerti bahwa setelah acara pentas seni pelepasan TK B, maka dia tidak akan belajar lagi dengan bu guru dan teman-teman. Dia akan sangat terpukul dengan perpisahan ini. Meski begitu, saya berusaha tenang, serta menyampaikan bahwa perpisahan ini bukan berarti tidak akan ketemu lagi, hanya saja Cinta harus pindah sekolah. Sewaktu-waktu mau menemui guru – gurunya tentu saja diperbolehkan.
Sebenarnya, beberapa bulan sebelum perpisahan yang mengharukan itu, Cinta sangat senang mengetahui dirinya akan segera menjadi anak SD. Satu jenjang untuk menjadi “orang besar” akan segera sampai padanya. Cinta terlibat dalam proses pemilihan sekolah. Saya membawanya berkeliling ke lingkungan calon-calon sekolah. Pemilihan lingkungan yang aman dan nyaman menjadi penentu utama. Berbagai pertimbangan saya sampaikan kepada Cinta hingga akhirnya kami berhasil memilih salah satu sekolah yang sesuai. Selanjutnya Cinta juga saya libatkan secara aktif dalam persiapan observasi (tes masuk) sekolah, persiapan perlengkapan sekolah, dan persiapan mental terutama mengenai peraturan-peraturan Sekolah Dasar yang berbeda dengan Taman Kanak-Kanak.
Memang tren saat ini mulai bergeser, usia masuk SD tak lagi 7 tahun, banyak anak usia 6 tahun yang telah siap masuk SD. Dan Cinta bangga sekali akan menjadi anak SD. Baginya itu pencapaian yang hebat. Juga bagi saya tentunya…tak terasa, saya sudah mempunyai putri usia sekolah. Saya sadari, dalam tahun-tahun ke depan akan ada romantika baru dalam mendampingi Cinta, si anak sekolah.
Jadi, usia enam bagi Cinta berarti menjadi kakak yang baik, menjadi anak mandiri, berpisah dengan daycare, dan menjadi anak sekolah. Saya pasti akan merindukan masa-masa mengandung, menyusui, dan mengurus balita. But the show must go on, hidup terus berlanjut. Setiap jenjang usia anak-anak saya akan menjadi periode-periode indah dalam hidup saya.
Angka-angka hanyalah penanda usia. Angka enam memang istimewa bagi saya dan Cinta, mungkin angka lain yang menjadi istimewa bagi anda. Berapapun angkanya, keistimewaannya tergantung bagaimana kita memaknainya. Saya ingin menjadikan setiap tahun memiliki kesan. Kesan indah kalau bisa, dan di atas itu, ada pengalaman yang akan menjadi pelajaran untuk anak-anak saya kelak. Tentang bagaimana mensyukuri tahun demi tahun, dan menggunakan waktu dengan berharga.
“Semoga mama bisa menyaksikan sebanyak mungkin momen bersejarah dalam hidupmu, Cintaku.., semoga kamu mampu membuat pilihan-pilihan tepat dalam hidupmu”
9 Mama Penulis versi Parents Guide
Kaget banget ketika Parentsguide menelpon dan meminta untuk wawancara. Majalah Parentsguide ingin menampilkan profilku sebagai satu dari sembilan mama penulis.
Saya tanya kepada redaktur, mba Damayanti Sofyan, “Tau saya darimana mba?” dan jawabnya simpel, “Dari google”
Woow..nggak sia-sia blogging, menyimpan jejak karya di blog www.asacinta.blogspot.com …thanks internet.
Tentu saja bangga menjadi satu dari sembilan mama penulis versi majalah PG, bersanding dengan penulis-penulis senior : Asma Nadia , Vera Jasini, Rina Susanti dan banyak nama yg kukenal di FB.
Inilah dia tampilannya, di Majalah Parents Guide edisi Mei 2012
gambar lengkapnya bisa dilihat di http://asacinta.blogspot.com/2012/05/9-mama-penulis-majalah-parents-guide.html
Cinta Kedua
Majalah Parents Desember 2011
Sepenggal kisah tentang kekuatiran untuk jatuh cinta lagi.
Artikel ini dimuat di majalah Parents edisi Desember 2011. Bisa dikatakan saya beruntung. Majalah ini adalah lisensi Parents USA yang cukup ketat dalam menerima tulisan dari penulis lepas. Setelah berlangganan sekitar satu tahun, saya memahami gaya selingkung majalah Parents serta topik-topik apa yang diperlukan oleh pembaca. Dengan kenekatan, saya mencoba mengirim ke redaksi. Sangat membanggakan akhirnya nama saya terpampang sebagai penulis disini.
Saya bercerita tentang kegalauan saya sebelum memutuskan untuk hamil lagi. Banyak pertimbangan, misalnya apakah Cinta akan menerima adiknya, apakah saya bisa berbagi kasih, apakah keceriaan kami bertiga (saya, Cinta dan suami) akan tetap ada. Dengan bumbu berupa pengalaman cerita-cerita teman-teman yang telah beranak lebih dari satu, tulisan ini akhirnya selesai saya buat. Ini merupakan tulisan favorit saya, karena terasa sekali perjuangan untuk menulisnya, juga idenya yang sangat mengena di hati dan berbeda dari tulisan-tulisan lain.
Berulang kali saya membaca tulisan ini, belum bosan, karena syarat cerita perjalanan batin saya menjadi ibu. Dan saat tulisan ini telah dimuat, saya sudah mempunyai dua anak, yang kecil berusia 1 tahun.
Ini tentang kekuatiran untuk jatuh cinta lagi..
Saya merasa seperti berada dalam mesin waktu dan tiba-tiba terlempar beberapa tahun ke depan ketika menyadari putri pertama saya, Cinta, sudah berusia 4 tahun. Begitu larutnya dalam kebahagiaan (dan kelelahan) mengasuh anak, hingga saya lupa sudah saatnya memberi Cinta hadiah terpenting dalam hidupnya, yaitu seorang adik. Saya baru tersadar ketika seorang teman yang anaknya baru berusia 2 tahun mengabarkan berita kehamilan keduanya.
” Hayoo..kamu kapan nyusul? Cinta sudah besar lho..” Kata teman saya memanas-manasi, dan kenyataannya saya memang mulai merasa gerah karena pertanyaan serupa telah saya terima berulang kali baik dari teman dan keluarga.
Saat itu saya mengira Cinta belum siap untuk mempunyai adik. Yang terbayang adalah setiap hari akan ada rengekan si sulung mencari perhatian ketika perhatian hampir semua orang terpusat pada si bayi. Karena itu saya kaget kita suatu hari Cinta menanyakan kapan dia mempunyai seorang adik bayi yang lucu. Terusterang, saya tidak yakin dia akan benar-benar rela dengan kehadiran anggota baru di rumah yang berpotensi menyita perhatian ayah-mama nya. Tapi ketika Cinta memohon berulang-ulang, saya merasa inilah saatnya untuk bersiap-siap hamil lagi.
Masalah utamanya ternyata bukan ada pada putri saya, melainkan pada perasaan saya sendiri. Meskipun telah mempunyai pengalaman hamil dan menguasai teori-teori pengasuhan bayi paling baru, saya toh masih merasa enggan untuk hamil lagi.
Tampaknya saya begitu menikmati perasaan sayang pada si sulung. Setelah kehadiran bayi baru, apakah kelak kita akan tetap menyayangi anak pertama sebesar saat ini ? Apakah momen-momen indah kami bertiga (saya, suami dan Cinta) akan tetap ada? Saya takut Cinta yang sekarang adalah anak yang manis akan berubah sikap karena haus perhatian. Bisakah kami bersikap adil ? Ketakutan-ketakutan saya tersebut membuat saya merasa belum siap untuk ”jatuh cinta” lagi, apalagi berbagi cinta.
BERJALAN ALAMI
Kapankah saya siap menanti kehadiran cinta kedua? Saya bertanya kepada beberapa sahabat yang sudah mempunyai anak lebih dari satu. Mereka berbagi tentang bagaimana cara mereka mengelola perasaan.
Dan hasilnya, hampir semua dari mereka mengatakan hal tersebut akan berjalan secara alamiah.
”Secara naluri, rasa sayang itu tak akan berkurang kepada sang kakak, malah sang kakak akan mendapatkan kasih sayang baru dari sang adik” demikian nasehat seorang sahabat saya.
Awalnya mereka juga khawatir kehilangan momen-momen kasih sayang dengan si sulung. Mereka baru percaya setelah benar-benar mengalaminya, bahwa cinta mereka tidak terbagi antara anak pertama dan berikutnya. Setiap anak membuat orangtua jatuh cinta dengan keistimewaan masing-masing
Rekan saya yang lain sempat merasa ragu bagaimana membagi cinta pada kedua putrinya. Pada saat itu, ia merasa belum ingin menduakan cinta yg menurutnya masih menjadi milik anak pertama. Ketika anak kedua terlahir, perasaannya secara alamiah mencintai kedua buah hatinya dalam porsi yang sama. Tapi dalam urusan menikmati rasa kasih sayang, dia berterus terang merasa lebih berat pada si kecil, dengan alasan sederhana, karena terlihat lebih lucu dibanding sang Kakak.
Berbagi perhatian bukan berarti berkurangnya kasih sayang. Berapapun jumlah anak dalam sebuah keluarga, bukan berarti kasih sayang orangtua dibagi-bagi, melainkan semuanya mendapatkan satu cinta yang utuh 100%. Memang, tidak mudah memahami perbedaan antara berbagi perhatian dan berkurangnya kasih sayang. Tidak heran, jika banyak orangtua yang baru memahami setelah menjalaninya, dan mereka merasakan sensasi kebahagiaan yang bertambah.
KESIAPAN ORANG TUA
Kesiapan orangtua untuk memulai kehamilan kedua melibatkan kesiapan fisik dan mental. Mengatur jarak kelahiran sangat menentukan kesiapan tersebut. Jeda waktu ini bersifat relatif bagi setiap orang. Sebagian orangtua mungkin merasa jarak ideal antara anak pertama dan kedua 3-4 tahun. Pada jarak ini selain anak pertama sudah cukup besar untuk mengerti dan bisa bersikap mandiri, sudah cukup pula waktu untuk menyusun kekuatan untuk hamil lagi. Tapi jika usia sang ibu sudah mendekati 35 tahun, mungkin akan memilih “kejar tayang” meskipun anak pertama baru berusia 1-2 tahun.
Untuk menambah kesiapan, saya membuat rencana jadwal bagaimana meluangkan waktu untuk kakak dan adik serta kegiatan apa saja yang dapat dinikmati bersama. Meskipun tidak harus persis sama durasinya, paling tidak keduanya mendapatkan cukup perhatian yang membuatnya merasa disayang. Jadwal terencana ini juga membuatnya lebih tenang dan menghindarkan dari rasa bersalah berkepanjangan.
Adanya pihak pendukung baik itu orangtua, mertua, asisten ataupun baby sitter akan menambah kesiapan orangtua. Suami adalah partner yang paling dapat diandalkan. Saya membuat komitmen dengannya, ketika perhatiannya saya sedang tertuju pada si kecil, suami wajib mengambil alih tugas menemani sang kakak.
KESIAPAN SI KAKAK
Saya diingatkan untuk tidak kaget jika si kakak yang semula mandiri akan kembali bersikap kekanak-kanakan ketika dilihatnya si adik mendapat perhatian yang begitu banyak. Kesiapan sang kakak juga menjadi pertimbangan kapan orangtua akan menghadiahi seorang adik padanya. Saya melibatkan si kakak dalam proses kehamilan, seperti mengajaknya ke dokter kandungan, memintanya mengambilkan vitamin kehamilan atau mengajaknya merasakan tendangan dari dalam perut akan membuatnya mengenal sang adik lebih awal. Saya katakan satu manfaat yang menyenangkan dari kehadiran adiknya, yaitu sebagai teman bermain yang seru.
Saya menjaga agar lingkungan keluarga kompak menjaga perasaan sang kakak. Jangan ada yang meledek atau menakut-nakuti si sulung akan kehilangan perhatian. Lebih baik mereka meyakinkan si sulung bahwa dia akan lebih berbahagia dengan kehadiran adiknya.
Kadang kala, kecemburuan si sulung sebenarnya hanya ketakutan orangtua yang belum tentu terbukti. Nyatanya, ketika si adik lahir, si sulung justru merasa senang dan bisa mengungkapkan rasa sayangnya. Memang diperlukan dukungan dari suami dan keluarga untuk menciptakan suasana yang kondusif agar si sulung merasa nyaman dan tidak merasa berkurang perhatian orangtuanya.
BELAJAR BERLAKU ADIL
Tidak ada orangtua yang dengan sengaja lebih sayang pada satu anak daripada lainnya. Akan tetapi, kadangkala lebih mudah bekerja sama dengan salah satu anak saja karena berbagai alasan, misal karena sifat yang lebih mirip, hobi yang sama atau lebih mengerti anda.
Perbedaan kebutuhan setiap anak menjadikan anda sulit menentukan porsi perhatian dan kasih sayang yang adil. Saat si adik lahir, dia akan menyita lebih banyak perhatian saya. Dilain sisi, sikap cemburu si kakak , akan menyadarkan saya bahwa masih ada seorang anak lagi yang juga masih butuh perhatian.
Bagi anak, keadilan bisa diartikan dalam bentuk perhatian dan pemberian benda-benda yg mereka inginkan. Anak mungkin akan protes jika mainan milik adiknya berbeda dengan miliknya. Dalam usaha berlaku adil, saya tidak harus membelikan dua mainan sama persis. Saya ajarkan terutama untuk si kakak bagaimana harus berbagi dan saling meminjam. Seiring bertambahnya usia, pemahaman konsep keadilan disampaikan pada anak agar anak mengerti bahwa pemenuhan kebutuhan setiap orang berbeda-beda.
Bukan hal mudah untuk bersikap benar-benar adil seperti yang direncanakan sebelumnya. Sepertinya, tidak ada orangtua yang benar-benar sukses menghindarkan kecemburuan adik-kakak. Protes dari salah satu anak atau keduanya adalah hal yang umum terjadi. Dengan berulang-ulang mentjelaskan bahwa perasaan mama-papa pada mereka adalah sama, lama-kelamaan mereka akan mengerti. Bahkan, tak hanya kasih sayang dari kedua orang tua yang mereka dapatkan, melainkan juga kasih sayang dari saudaranya.
Hadiah terbaik
Saya akhirnya berhasil meyakinkan diri bahwa saya akan memiliki kasih sayang yang utuh untuk anak-anak saya. Tak ada untungnya terus mempertajam ketakutan yang belum tentu terjadi, lebih baik saya bersikap rileks membiarkan perasaan berjalan secara alami. Saya akan menikmati keistimewaan masing-masing anak dan merasakan kekaguman yang berbeda pada mereka.
Lagipula, kehadiran seorang adik adalah hadiah terbaik untuk sang kakak. Kelak mereka akan merasakan indahnya memiliki saudara, yaitu sebagai sahabat yang setia.
Ditulis untuk Majalah Parents Indonesia
Mencari Cahaya Kunang-kunang

Sulit bagi saya untuk bercerita kepada anak-anak tentang bagaimana bunyi jangkrik atau indahnya cahaya kunang-kunang di malam hari. Anak-anak saya melihat gambaran kedua serangga itu, dan keunikan serangga-serangga lainnya hanya dari buku. Pada akhir pekan, kerap saya bawa anak-anak ke tempat terbuka untuk melakukan eksplorasi serangga, dengan alat kamera digital dan buku gambar untuk merekam keindahannya. Lumayan, setidaknya kami masih menjumpai beberapa jenis kupu-kupu, barisan semut di ranting, seekor kepik di balik daun, dan lebah yang berputar-putar di kelopak bunga.
Jika ditanya tentang serangga, yang ada dibenak anak-anak sekarang mungkin adalah lalat, nyamuk, kecoa dan wereng. Serangga-serangga tersebut berkonotasi negatif, dikenal sebagai vektor penyakit dan hama tanaman. Padahal serangga adalah spesies paling banyak ragamnya di alam ini, dengan manfaat yang tak kalah besarnya.
Di dunia, dikenal lebih dari 900.000 jenis spesies serangga, menduduki 80% dari total spesies makhluk hidup di bumi ini. Jumlah tersebut masih ditambah dengan jenis spesies yang belum dinamai. Serangga juga menduduki biomasa terbesar dari dunia fauna (i).
Serangga penting untuk menyehatkan habitat tropis. Peran mereka sebagai pemecah unsur organik, membantu penyerbukan bunga sehingga tanaman dapat berbuah, dan sebagai salah satu mata dalam rantai makanan. Ketiadaan atau berkurangnya serangga di alam dapat mengganggu keseimbangan ekosistem.
Lalu kemana perginya serangga-serangga yang unik dan indah itu? Mengapa serangga kini seolah tak bersahabat dengan manusia? Benarkah mereka jahat kepada manusia? Ataukah manusia yang telah mengusik keseimbangan hidup mereka?Empat belas tahun silam, ketika saya belajar tentang Entomologi, ilmu yang mempelajari serangga, dunia belum begitu banyak membahas tentang perubahan iklim dan pemanasan global. Seiring dengan perubahan yang terjadi pada iklim dunia, makhluk kecil yang kerap diremehkan ini pun mengalami perubahan dalam pola kehidupannya.
Pengaruh perubahan iklim pada serangga
Banyak spesies serangga tropis, di antaranya kupu-kupu, sangat rentan pada perubahan suhu karena mereka terbiasa pada suhu yang konstan sepanjang tahun. Perubahan suhu 1-2 º C saja dapat mengganggu fungsi fisiologinya yang kemudian menyebabkan terganggunya kehidupan serangga, serta berujung pada kepunahan (ii). Serangga tropis, seperti halnya beruang kutub, bisa menjadi dua diantara spesies-spesies yang segera punah pada abad ini. Kehilangan yang lebih besar dan berkurangnya keanekaragaman serangga tercatat selama terjadinya pemasanan global (iii).Populasi musuh alami dan serangga inang mungkin merespon dengan berbeda perubahan suhu ini. Serangga yang berlaku sebagai musuh alami biasanya mempunyai sifat yang lebih rentan dan sulit beradaptasi, sedangkan serangga hama biasanya lebih tahan dan mudah beradaptasi (iv). Jumlah musuh alami akan turun, sebaliknya, peningkatan suhu bumi mendorong pertumbuhan serangga hama yang cepat dan tidak mengalami diapauses sehingga fase larva atau pupa lebih singkat sehingga menghindarkan dirinya dari predasi dari musuh alami yang umum menyerang pada kedua fase rawan tersebut. Pertumbuhan populasi serangga hama yang cepat menjadikan tingkat serangan lebih tinggi. Hal ini menjadi alasan mengapa akhir-akhir ini perubahan iklim berdampak pada ledakan hama, pada daerah tropis yang biasanya iklim cenderung konsisten (v)
Pemanasan global yang diiringi dengan peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer. Beberapa peneliti menemukan peningkatan CO2 berpotensi berpengaruh penting pada serangga terkait dengan komposisi nutrisi tanaman inang. Pada awal musim tanam, kedelai tumbuh dengan peningkatan CO2 atmosfer 57% akan menghasilkan buah yang lebih banyak kandungan gulanya, sehingga pola makan serangga berubah menjadi semakin banyak(iv). Selain itu, peningkatan CO2 pada tanaman menyebabkan rasio N lebih rendah, sehingga serangga perlu lebih banyak memakan tumbuhan untuk mencukupi kebutuhan akan Nitrogen. Akibatnya, kerusakan tanaman menjadi lebih banyak terjadi (vi).
Peningkatan suhu dapat menyebabkan penyebaran serangga secara horizontal dan vertikal, khususnya spesies yang mempunyai kisaran inang yang luas, misalnya serangga hama tanaman kehutanan (iii). Pemanasan global , yang biasanya diikuti dengan banjir dan kekeringan, berdampak pula pada penyebaran epidemik penyakit di area yang tidak diduga sebelumnya oleh ahli kesehatan dunia. Iklim juga mempengaruhi perubahan arah angin dan tentu saja berpengaruh pada perpindahan serangga. Jika seekor serangga adalah vektor penyakit, maka dia akan menularkan penyakit ke tempat baru. Nyamuk, lalat, dan serangga vektor penyakit lainnya bertahan selama musim dingin dan memperluas jangkauannya membawa sumber penyakit dalam tubuhnya. Malaria bergerak ke daerah tinggi untuk di Afrika and America latin. Kolera juga tumbuh di samudra yang panas. Demam berdarah dan penyakit Lyme bergerak ke arah utara. Hal ini diduga oleh para ilmuwan karena terjadinya resistensi antibiotik, kesalahan sistem kesehatan masyarakat, pergerakan populasi dan cuaca yang tidak menentu (vii).
Semua contoh diatas menggambarkan bagaimana serangga bereaksi terhadap perubahan iklim dan berpotensial mengembangkan adaptasi fisiologi dan tingkahlaku. Hal ini juga mengarah pada perubahan genetis dalam sebuah populasi.
Dahulu kala, ketika semua berjalan demikian alami, keberadaan serangga adalah penyeimbang ekosistem. Ketika hutan banyak ditebang, dan kayunya digunakan untuk pemukiman manusia, kemanakah rayap-rayap hutan itu mencari makan? Ketika populasi kodok kehilangan rumahnya, berganti dengan pemukiman, maka populasi nyamuk semakin banyak. Ketika tumpukan sampah kian menggunung tanpa tahu akan diapakan lagi, maka jumlah lalat, nyamuk dan kecoa kian merisaukan. Ketika pertanaman sudah menjadi monokultur padi, serangga musuh alami kehilangan habitatnya, dan wereng yang semula bisa ditolerir populasinya, kini menjadi kian ganas menyerang padi. Ketika taman-taman berganti dengan mal dan pertokoan, maka kunang-kunang, kupu-kupu dan kepik yang cantik hanya ada dalam bentuk duplikatnya. Anak-anak kita sudah tidak lagi bisa melihat wujud aslinya.
Lalu bagaimana mengatasi hama-hama yang tak lagi bersahabat dengan kita? Haruskah kita keluarkan uang untuk membeli racun yang konon ampuh? Benarkah ampuh? Racun serangga tak hanya membunuh hama, melainkan juga membunuh serangga yang bermanfaat seperti lebah, kupu-kupu dan serangga yang berlaku sebagai musuh alami. Racun-racun itu hanya mengatasi masalah sementara, hanya membunuh sedikit serangga yang tampak oleh kita, namun tanpa kita sadari, serangga yang lolos dari maut akan membentuk gen kekebalan baru dan menurunkan pada generasi selannjutnya. Teknologi jalan pintas hanya akan berkejaran dengan adaptasi serangga hama. Masalah tidak akan pernah berujung.
Mengapa manusia tidak menurunkan kesombongan dan keserakahan? Memulai bersahabat dengan alam, dengan segenap isinya, merupakan cara bijak untuk mengembalikan keseimbangan alam. Pertanian dengan cara-cara alami, dapat mempertahankan ekosistem lahan sebelumnya. Setiap tindakan yang ramah alam akan membantu ekosistem dalam menjaga rantai-rantai dalam jejaring makanan. Menjaga habitat musuh alami sehingga populasinya cukup penting untuk meredam keganasan serangga hama. Dalam lingkungan domestik, dapat dilakukan pengurangan penggunaan racun serangga. Manajemen lingkungan yang sehat dan bersih adalah cara-cara ramah alam dalam mengatasi masalah hama pemukiman.
Ramah terhadap serangga bisa dimulai dari hal terkecil di lingkungan terdekat kita, antara lain sebagai berikut :
- Menjaga kebersihan rumah sehingga mengurangi populasi kecoa, lalat dan nyamuk. Kita tak perlu terburu-buru menyemprotkan racun serangga di sudut-sudut rumah kita. Racun serangga tak hanya akan mengotori udara, tetapi juga bisa membahayakan saluran pernapasan keluarga.
- Menghijaukan lingkungan rumah. Jika tidak ada lahan, bisa dimulai dari tanaman pot. Bayangkan, jika kita mempunyai bunga-bunga indah di pot, dan kupu-kupu berdatangan di pagi hari. Indah bukan?
- Memberikan pendidikan kepada anak-anak kita tentang manfaat serangga, serta menanamkan paham bahwa serangga lebih banyak mendatangkan manfaat apabila kita bersahabat dengan mereka.
- Segala tindakan “hijau” seperti mengurangi penggunaan aerosol, parfum, dan air conditioner, hemat bbm, hemat listrik, hemat air, mengurangi penebangan pohon, penghijauan, serta manajemen sampah dan banyak lagi, akan sangat berarti untuk pemulihan kondisi bumi, dan tentu saja akan berimbas positif pada konservasi serangga.
Perubahan sekecil apapun di bumi ini akan mencari keseimbangan. Satu spesies bertambah jumlahnya, sementara spesies lain terancam punah, tetapi lambat laun mereka menemukan keseimbangan ekosistem. Masalahnya, tidak ada yang dapat memastikan kapan keseimbangan itu terbentuk. Jika kerusakan terus terjadi, iklim terus berubah dan bumi terus memanas, ke arah mana kehidupan ini akan bermuara?
Tidak heran, jika saat ini malam-malam kita lebih banyak mendengar dengungan nyamuk daripada melihat cahaya kunang-kunang. Mari, kita jaga bumi ini, salah satunya, agar cahaya kunang-kunang kembali.
Referensi:
(i) http://www.si.edu/Encyclopedia_SI/nmnh/buginfo/bugnos.htm
(ii) Connor, Steve. 2008. Insects ‘Will Be Climate Change’s First Victims’. http://www.independent.co.uk/news/science/insects-will-be-climate-changes-first-victims-821616.html
(iii) Climate Change And Insect Distribution. http://www.biology-online.org/kb/article.php?p=forests-climate-change—lessons/climate-change-insect-distribution
(iv) Climate Change Effect on Insect and Pathogens. http://www.climateandfarming.org/pdfs/FactSheets/III.2Insect.Pathogens.pdf
(v) Hebden, Sophie . 2005. Climate Change Could Disrupt Natural Pest Control. http://www.scidev.net/en/news/climate-change-could-disrupt-natural-pest-control.html
(vi)Climate Change And Host-Insect Interactions. http://www.biology-online.org/articles/forests-climate-change—lessons/climate-change-host-insect-interactions.html
(vii)Climate Change Drives Disease To New Territory. http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2006/05/04/AR2006050401931.html
Keikhlasan Ibu
Parenting edisi Hari Ibu, Desember 2010
Sampai saat ini, satu tahun berlalu dari saya tulis, air mata masih menetes setiap kali membaca tulisan ini.
Saya pernah menjadi seorang anak. Dan kini menjadi seorang ibu. Saya bisa memahami perasaan anak, sekaligus perasaan ibu. Ketika saya menjadi anak, saya sangat mengagumi ibu, sangat berterimakasih atas perjuangannya dan ingin memberikan balasan budi baiknya. Di sisin lain, sebagai seorang ibu, saya selalu bertanya apakah anak saya bahagia dengan pola asuh yang kami terapkan selama ini ? Apakah saya tidak memaksakan kehendak, walaupun demi kebaikannya juga. Saya merasa, sebagai ibu tidak berkorban apa-apa, karena semua saya lakukan dengan bahagia.
Keikhlasan ibu
Sesaat kemudian kuraih remote mengganti chanel karena sedang break untuk iklan. Sekilas tadi terlihat iklan sebuah produk minyak yang mengklaim sebening kasih ibu. Hmm..berlebihan nggak sih? Tapi namanya juga iklan. Tak apalah jika sedikit berlebihan. Memang pantas kalau sosok ibu melambangkan segala kebaikan, dari beningnya minyak goreng sampai murninya susu sapi kemasan. Bahkan salah satu partai politik dengan musik latar berupa lagu tentang kasih seorang ibu.
Di chanel berikutnya, ada infotaiment, seorang artis sedang menceritakan dengan mata berbinar bagaimana masa kecilnya yang indah dilalui bersama sang mama. Meskipun seorang single parent, tetapi sang mama dapat membesarkan anak-anaknya hingga menjadi artis.
Baru kusadari, hari itu adalah tanggal 22 Desember 2009. Aku hanya mengingat hari ini hari senin, harus mengantar putriku Cinta lebih pagi ke daycare nya, sekaligus agar saya bisa sampai tepat waktu di kantor. Hari senin biasanya jalanan lebih macet dari biasa. Dalam perjalanan, masih sedikit menyesali kenapa aku melupakan hari ini. Mestinya aku bangun dan siap lebih pagi agar tak buru-buru dan melupakan satu ritual tahunan yang menurutku penting. Aku lupa belum menelepon Ibuku.
Biasanya aku berusaha menjadi orang pertama yang menelepon di pagi hari, memulai obrolan dengan menanyakan kabar atau masakan apa hari ini di rumah Ibu, baru kemudian kuucapkan selamat hari ibu pada akhir pembicaraan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Ibu akan mengucapkan terimakasih kembali atas ucapan selamatku itu. Padahal aku menelepon justru untuk mengucapkan terimakasih pada beliau. Tapi itulah Ibu, tak pernah lupa berterimakasih padaku sekecil apapun pemberianku, sementara apa yang telah beliau berikan padaku selama ini sangat banyak, begitu berharga dan tak berbalas.
Segera kucatat dalam agenda ponselku, bahwa aku akan menelpon Ibu nanti malam. Terlambat tak apalah, daripada tidak sama sekali dan menyesal.
Putriku sendiri belum mengerti betul yang dimaksud hari ibu. Tepatnya tanggal berapa juga belum tahu. Dia hanya tau ketika aku mengantarnya ke daycare tadi pagi, gurunya meminta Cinta mengucapkan selamat hari ibu padaku. “Cinta maunya mengucapkan selamat hari mama” protesnya pada sang guru karena memang dia memanggilku Mama. Kami pun tertawa mendengarnya.
Mungkin Cinta heran mengapa hari ini menjadi istimewa? Hampir setiap hari Cinta mempersembahkan karyanya untukku. Setiap hari juga Cinta memeluk dan menciumku, setiap kesempatan kami bersama. Setiap hari juga Cinta menyanyi lagu “I Love You” yang menjadi themesong film Barney kesukaannya. Lantas kenapa juga hari ini begitu istimewa? Bagi Cinta, hari mama adalah setiap hari bisa bersama mama.
Pagi itu juga, puluhan ucapan Hari Ibu datang dari teman-temanku melalui email, facebook maupun twitter. “Selamat hari Ibu, jeng..semoga semakin pinter merawat anak dan suami”…”Dimasakin apa hari ini sama suami? Selamat hari ibu ya..”…dan kalimat-kalimat serupa. Sebuah ucapan yang aku sendiri belum mengucapkannya pada ibuku hari ini. Ya, hari ini memang sosok ibu begitu diistimewakan.
Hari ini juga, berbagai media cetak yang terbit hari itu membahas betapa seorang wanita mengorbankan waktu dan tenaganya dalam melakukan multiperan sebagai ibu-istri dan wanita karier. Disebutkan juga cerita beberapa artis yang bisa mengorbankan kariernya demi membesarkan anak mereka. Mendadak aku teringat salah satu pesan di wall facebook untukku hari ini dari l sahabatku yang kebetulan masih lajang “Terimakasih ya Rien.. kamu dan mama-mama lainnya adalah pahlawan pembangunan bangsa karena pengorbanannya sangat besar dalam mendidik anak-anak bangsa. Ingin sekali aku segera merasakan kebanggaan menjadi mama”
Tapi…kok mendadak aku merasa ada yang aneh dengan kalimat –kalimat tadi. Rasanya ucapan yang kuterima kok berlebihan dari apa yang telah kulakukan. Masa sih aku sudah sedemikian berjasa dan berkorban? Sudah sebanyak itukah yang kulakukan? Satu kata yang terasa janggal adalah “berkorban” Telah berkorban apakah aku?
Tahukah mereka? Bahwa didalam perjalananku menjadi mama sebenarnya terdapat ketidaknyamanan yang dirasakan putriku, ketidaksabaranku menghadapi pertanyaannya yang cerdas, memaksakan kehendak untuk mengikuti pilihan-pilihanku, membebaninya dengan harapan dan cita-cita tinggi, memamerkan kemampuan anak sementara anakku malu dan tidak menyukainya…dan hampir disetiap apa yang kulakukan untuk anakku adalah cerminan keinginanku agar kelak menjadi pribadi unggul.
Ohh Tuhan..apakah keinginan-keinginanku itu dapat membuatnya bahagia? Bukan kali pertama aku hatiku berkecamuk, berada antara niat baik dan rasa bersalah. Bila kelak Cinta mengerti, aku ingin meminta maaf untuk itu.. Mama akan mencari jalan terbaik Nak, agar dalam proses mendidik dan membesarkanmu tidak terlalu banyak menyakiti perasaanmu.
Dan pantaskah aku disebut berkorban sementara aku tidak merasa lelah, atau rugi ? Aku memang memperjuangkan kebaikan putriku, tapi aku tidak merasa ada bagian diriku yang kukorbankan, karena aku bahagia dan ikhlas menjadi mama.
Tak sabar kumenunggu sore hari saat untuk menjemput Cinta. Aku ingin segera mengatakan padanya “Terimakasih sayang, atas kehadiranmu untukku” sambil memeluknya erat.
Tanpa Racun (Majalah Ayahbunda, no 20/2008)
Tulisan dimuat di Ayahbunda, Oktober 2008
Idealnya, kita mengkonsumsi makanan organik karena minim residu pestisida. Tapi karena makanan organik masih mahal dan sulit didapat, banyak cara menyiasati residu pestisida dalam buah dan sayur
Berikut adalah cara-cara mengurangi residu pestisida pada konsumsi buah dan sayur
- Mencuci dengan air mengalir. Mencuci dengan detil dapat mengurangi 20-70 % residu pestisida yang menempel.
- Gunakan sabun foodgrade saat mencuci agar dapat mengurangi minyak pembawa pestisida dan lilin yang menempel.
- Kupas kulit buah karena di kulit kandungan residu pestisida tertinggi. Kulit buah menghambat translokasi zat racun ke jaringan lainnya.
- Buang lapisan terluar sayuran seperti kubis, daun bawang, sawi dll.
- Rendam dengan air panas menurunkan residu , 38-97%.
- Rebus sayuran. Merebus dapat menurunkan residu pada sayuran.
- Buat menu bervariasi dan dari sumber pasar yang berbeda. Tujuannya untuk mengurangi paparan satu jenis pestisida tertentu dan mencegahnya terakumulasi dalam tubuh. Pproduk dari sumber yang sama baisanya menggunakan teknik budidaya yang sama, termasuk jenis pestisidanya.
- Konsumsi sayuran dan buah segar yang sedang dalam musimnya, sehingga tidak membutuhkan penyimpanan dan distribusi yang panjang. Biasanya pestisida diaplikasikan di tempat penyimpanan .
- Jangan memilih buah impor yang kulitnya sangat mengkilat, bisa jadi itu adalah parafin (lilin).
- Hindari bercak putih pada sayur dan buah, mungkin saja merupakan sisa-sisa pestisida yang telah mengering.
- Tidak masalah memilih buah dan sayur yang sedikit berlubang atau robek. Artinya ada bekas gigitan ulat/hama sehingga ada kemungkinan tanaman tersebut dibudidayakan secara organik.
- Sayuran hidroponik yang biasanya ini dipelihara dalam rumah kaca tertutup sehingga jarang terserang hama mengurangi kemungkinan adanya residu pestisida.
- Cobalah menanam sendiri sayur dan buah dalam pot untuk konsumsi keluarga.
- Buah yang telah dijus, mengandung residu pestisida lebih rendah dibandingkan buah dalam bentuk utuh, begitu juga dengan buah kaleng.
Menjadi Mama Penulis
Menulis menjadi passion saya sejak mempunyai anak tahun 2005. Dari menulis akhirnya berkembang komunitas saya. Dan inilah wujud apresiasi saya pada sesama Mama-mama penulis, dimuat di Parenting April 2010.
Menjadi Mama Penulis
Selamat Lebaran
Sejak dunia seluler lahir, sejak itu pula tradisi kirim-kirim kartu lebaran telah tergantikan oleh sms. Kemudian disusul dengan pesan-pesan di facebook, email atau tweeter. Cepat, murah dan leluasa berkreasi kata-kata. Bahkan jauh hari sebelum lebaran tiba, tepatnya sehari sebelum puasa Ramadhan, alarm blackberry saya terdengar hampir setiap saat. Puluhan pesan berisi ucapan selamat berpuasa saya terima. Kalau boleh jujur, bosen juga membacanya karena isinya senada. Tapi masa’ iya sih..niat baik diabaikan begitu saja. Setidaknya saya cukup tahu siapa pengirimnya, untuk dibalas nanti kalau niat sudah ada. He..he..
Saya sempat tidak percaya membuka sms seorang teman yang rada gokil dan tak pernah serius ” Ketika senja sya’ban berlalu, fajar ramadhan menjelang, kami mohon dibukakan pintu maaf, atas lisan pernah menoreh luka, janji yang terabai, hati yang berprasangka, dan sikap yang menyakitkan. Selamat menunaikan ibadah puasa. ” Bener nggak ya sms itu dari dia? Maksud saya bener nggak hasil karangannya? Jika betul, berarti budaya mengarang pesan Ramadhan ini telah bermanfaat untuk mengubah sikap seseorang menjadi sedikit serius.
Beradu kalimat indah tanpa disadari menjadi ajang perlombaan. Ada yang orisinil tapi tak jarang ada pesan yang sama isinya. Hanya sebagian kata-katanya saja diganti. Bisa ditebak, pasti dari sumber yang sama, buku kumpulan sms, atau menforward pesan yang diterimanya.
Namun hak merangkai kata adalah milik siapa saja. Itulah manfaat kedua dari trend kirim SMS ini, semua orang jadi pandai merangkai kata. Isi SMS pun bisa mencerminkan pengirimnya.
“Mari kita sambut Ramadhan dengan : setting niat, upgrade iman, download kesabaran, delete dosa, dan hunting pahala. ” Begitu isi SMS Santi, temanku yang kerja di bagian IT.
Lain lagi dengan sms dari Budi, seorang teman yang setiap hari menempuh perjalanan jauh keliling kota sebagai salesman. Status FB nya menunjukkan pemakaian BBM yang tinggi menjadi pikirannya : ”Marhaban ya ramadhan, semoga bulan ini penuh BBM (Bulan barokah & Maghfiroh). Mari kita Premium (Prei makan minum), Solar (sholat lebih rajin) dan Minyak tanah (meningkatkan iman banyak tahan nafsu dan amarah) serta Pertamax (perangi tabiat maksiat)”
Saya sendiri agak enggan ikut dalam trend saling kirim ucapan ini. Tapi berhubung kata Pak Ustad sebelum puasa afdolnya maaf-maafan, maka dengan alasan itu pesan di wall FB atau sms kubalas dengan 2 kata yang sama yaitu ”sama-sama.”
Saling kirim ucapan semakin marak ketika memasuki minggu terakhir ramadhan alias menjelang lebaran. Tak henti-henti BB ku berbunyi. Biarpun sudah bisa menduga isinya, tapi siapa tahu ada pesan penting masuk. So, mau nggak mau harus dilihat satu-satu. Sabar.. sabar… sedang puasa, nasehat saya pada diri sendiri. Masih untung HP jaman sekarang dilengkapi memory tinggi, bayangkan beberapa tahun lalu saat HP masih berkapasitas 20 sms, setiap kali memory penuh harus rajin menghapus sms dalam inbox.
Sering saya tertawa sendiri membaca pesan yang kuterima, ”Anak kodok makan ketupat, setelah kenyang pergi melompat. Krim kartu sudah nggak sempat, pake SMS pun no what-what. Mohon maaf lahir dan batin. Tetap semangat dan dahsyat.”
Kadang saya perlu mengerutkan kening memahami SMS dari seorang Bulik atau Tante di Semarang yang memang Jawa banget : ”Dahar ketupat kaliyan santen, Sedaya kalepatan nyuwun pangapunten.”
Saya sendiri tidak mau mau kalah dalam persaingan kata-kata indah apalagi dibilang klise. Maka dengan mengerahkan segala kemampuan, berhasil saya ciptakan beberapa kalimat indah. Tidak terlalu panjang, yang penting orisinal buatan sendiri. Dengan mempunyai stok sms, begitu menerima sms dari seseorang, dalam hitungan detik saya sudah membalasnya. Semoga saja si penerima tidak heran bagaimana jari saya bisa mengetik sms secepat itu.
Niat hati ingin mengirim pesan yang unik untuk setiap orang berbeda. Sayangnya, ide saya tak sebanyak jumlah teman-teman, terpaksa beberapa teman menerima pesan dengan kalimat sama. Untuk menyiasatinya, jangan sampai teman yang berdekatan atau saling kenal mendapat kalimat yang sama.
Dan malam takbiran tiba. Saya mulai melayangkan pesan lebaran pada semua teman di kontak blackberry, facebook, tweeter, dan milis. Kalau pesan-pesan itu kelihatan, mungkin langit gelap tertutup huruf-huruf yang beterbangan.
Dari sekian pesan yang saya terima hari itu, ada satu pesan yang menarik perhatian. Pengirimnya dari Ratna, teman SMA yang hanya kontak setahun sekali, itupun biasanya pas lebaran. Kali ini dia mendahului mengirim sms sebelum saya sempat mengiriminya (maklum, huruf R belakangan menunggu giliran).
Sepertinya saya sangat mengenal kalimat dari Ratna : ”Seiring kumandang takbir pagi, teraih kemenangan fitri. Dan hati pun berhias pelangi, Tergerak sanubari ulurkan jemari. Tautkan kembali silaturahmi , Mohon maaf atas kesalahan diri. Selamat Idul Fitri 1431 H.
Saya buka lagi arsip sms lebaran ”ciptaan” saya. Astaga, ternyata sms dari Ratna persis seperti yang kalimat saya buat. Sejenak saya ingat-ingat lagi kepada siapa kalimat itu telah terkirim : Anto teman waktu kuliah, Heni penjahit langganan di kampung, Neny teman SMA atau Dina, sepupu saya yang kebetulan satu kos dengan Ratna ? Mungkin Ratna terima dari salah satu mereka.
Tapi belum tentu juga, saya kirim sms itu ke sekian orang, mungkin mereka masing-masing mengirimkan ke sekian orang berikutnya. Entah rantai yang keberapa yang diterima Ratna. Baguslah, berarti kalimat ciptaan saya itu disukai. Kalau di dunia rekaman atau penerbitan buku pasti royaltinya sudah banyak.
Bangga Ada Porsinya
Ibu pasti bangga pada anaknya. Semua anak cantik atau ganteng atau pinter di mata ibunya. Betul kan ? Bangga adalah hal yang wajar. Tapi jangan lupa, terlalu membanggakan anak, apalagi membawa ke obrolan dengan teman dan tetangga belum tentu mendapat respon positif. Lingkungan bisa bosan, anak bisa malu. Semoga tulisan ini menjadi refleksi bagi ibu-ibu yang saya yakin 100% bangga pada anaknya.
Dimuat diParents Guide Oktober 2009 , lengkapnya di http://www.asacinta.blogspot.com/2009/10/bangga-ada-porsinya.html
Perjuangan Ibu yang Berkarier
Pemandangan ini mungkin masih jarang terlihat, bekerja membawa buku dan tas, sambil menggendong anak. Terimakasih pada Pak Nanang, supir bis IPB 54 yang sangat ramah menerima saya dan Cinta untuk naik bis tiap hari dari rumah ke penitipan anak Agriananda. Banyak kehangatan saya terima dari seluruh penumpang bis 54, saya yakin terbawa oleh sikap supirnya yang juga hangat.
5 tahun berlalu, anak saya sudah besar dan mandiri. Ternyata banyak pengikut saya untuk menitipkan anak di Agriananda dan memilih naik bis 54 yang ramah. Akhirnya bis ini mendapatkan julukan bis taman kanak-kanak karena ada sekitar 2-4 anak kecil di dalamnya.
(Majalah Kartini, edisi 23 Juli 2009)
Aman di Mal (Majalah Parenting , edisi April 2009)
Mal bukan taman bermain !!! waspadai titik-titik yang rawan kecelakaan ini, terutama pada anak-anak
Eskalator
Jangan gunakan sepatu bertali atau celana panjang yang bagian bawahnya bertali, karena bisa menyangkut di eskalator dan menyeret kaki kedalamnya. Tuntun anak , kalau perlu gendong agar anak tidak terlambat turun dan tergelincir atau terjepit di celah anak tangga.
Lift
Lakukan keluar masuk lift dengan cepat. Waspadai pintu otomatis. Pastikan anak masuk dan keluar lebih dahulu, baru anda. Postur anak yang kecil sering tidak terbaca sensor pintu, dan pintu otomatis bergerak menutup.
Troly
Anak-anak suka bermain dengan troly. Awasi agar saat bermain troly tidak terdorong ke tumpukan barang atau menabrak orang lain.
Tangga beroda
Petugas swalayan menata tumpukan barang dengan tangga beroda. Jangan sampai lengah anak anda bermain atau mendorong tangga tersebut, apalagi jika diatasnya banyak terdapat tumpukan kardus.
Kabel bersliweran
Di bagian elektronik, banyak terlihat kabel bersliweran. Pastikan anak mengerti bahwa kabel berbahaya jika dipegang tidak dengan benar. Kabel juga dapat menyebabkan anak-anak tersandung.
Tumpukan barang yang tinggi
Anak suka memindahkan botol-botol sampo atau kardus-kardus dari rak satu ke lainya, tapi mereka belum paham kalau satu benda diambil dapat menghilangkan keseimbangan tumpukan benda diatasnya. Waspadai juga ketika anda berada di lorong barang pecah belah dan pisau. Jangan ijinkan anak memegangnya.
Pengharum ruangan dan pembasmi serangga
Tidak disarankan mencium sangat dekat dan menghirup lekat-lekat untuk mengetahui aroma parfum pengharum ruangan atau pembasmi serangga. Bagaimanapun, zat-zat tersebut berbahaya untuk paru-paru.
Rak Pajangan / Gantungan yang runcing & menonjol
Kacamata, aksesoris maupun perlengkapan pertukangan biasanya dipajang di gantungan dengan tangkai runcing, menonjol dan panjang dan bisa berputar. Jaga agar anak tidak terjatuh ke depan dan mengenai benda runcing tersebut.
Lantai licin
Ajak anak menjauhi lokasi lantai licin yang biasanya diberi tanda oleh petugas agar terhindar dari risiko terpeleset. Menginjak lantai yang masih basah juga membuat lantai akan lebih kotor lagi, kasihan kan petugasnya…
Kipas angin dan AC besar
Beri pengertian agar anak tidak memasukkan jari-jari mungilnya ke dalam lingkaran kipas angin sementara baling-balingnya sedang berputar kencang.
Dinding kaca
Jika anda sekeluarga makan di foodcourt yang memiliki sisi kaca untuk memandang situasi diluar yang indah, jangan lupa untuk memperingatkan anak agar tidak bersandar di kaca. Kaca dapat pecah akibat beban berat badan, dan lebih berisiko jika berada pada ketinggian.
Agar jalan-jalan tak merepotkan:
-Bawa perlengkapan minimal yang paling dibutuhkan, jangan terlalu banyak karena dapat merepotkan anda sendiri.
-Kenakan anak anda baju yang nyaman
-Meskipun pembeli adalah raja, namun ajarkan bersikap sopan. Jjangan biarkan anak menyerak, merobek, menjatuhkan atau melempar barang.
– Pilih waktu yang tidak terlalu ramai jika anak anda ingin bermain di arena kidsport,karena dikuatirkan sulit untuk mengontrolnya.
-Ajarkan anak anda menghapal nama nya dan nama anda. Ini penting apabila anak terlepas dari sisi anda.
Dimuat di Majalah Parenting Mei 2009
artikel komplit ada disini http://www.asacinta.blogspot.com/2009/05/aman-di-mal.html